Monday, February 19, 2018

Kawanku dari Seberang

Dunia maya memang bukan lagi barang baru di jaman ini, jaman milenial. Ketika dunia dalam hanya genggaman, dari bocah sampai kakek nenek begitu mudah mendapat akses hanya dengan sepotong benda bernama HP, android dan sebangsanya.
Kawanku ini. Kami bertemu di dunia maya, lantas berteman dan bisa sharing banyak hal, diantaranya adalah tentang kehidupannya. Aku menyimak dalam kekaguman yang sungguh dari sebagian cerita hidupnya.

Dia memulai kisahnya saat duduk di kelas 3 SMK, tahun 2011. Di Masa itu, ayahnya harus bekerja di Kalimantan, sementara sang ibu, dia dan adiknya bertahan di Jakarta. Suatu ketika ayahnya mengalami kecelakaan kecil, namun berakibat fatal yakni menderita sakit hampir selama 5 tahun. Gadis belia, di usia 14 tahun harus mulai bekerja, berjualan makanan di sekolah. Kue bola-bola coklat dan martabak tahu buatan ibunya praktis menemaninya hingga tamat sekolah. 

Kawan ini memasuki perguruan tinggi dengan memilih menjadi pekerja di pabrik rem motor sambil terus kuliah. Pun demikian, ia masih terus merawat sang ayah yang masih sering keluar masuk rumah sakit. Melewati masa-masa sulit itu, barangkali melatihnya untuk bersiap diri, banyak waktu dihabiskannya antara sekolah dan rumah sakit, kemudian bangku kuliah, pabrik dan rumah sakit. Setelah kurang lebih 5 tahun bersama ibu dan seorang adiknya berjuang,  ayahnya akhirnya meninggal dunia. 

Dia masih harus kuliah di jurusan teknik industri, dan memutuskan pergi dari Jakarta ke di daerah Jawa Barat. Dengan biaya sendiri sampai akhirnya berhasil menamatkan pendidikan tinggi di universitas. Tidak ada seorangpun keluarganya yang tahu tentang keberadaannya, kecuali ibu dan adiknya. Di kota yang jauh dari Jakarta itu, dia menghabiskan kuliah sambil bekerja dan tinggal sendirian. Sampai akkhirnya setelah sekian tahun bekerja, dia membawa ibunya untuk pindah ke kota tempatnya tinggal. Membuka di warung dan melanjutkan hidup. 

Di tahun-tahun akhir masa kuliah, dia menjadi asisten dosen, pekerjaan sebagai pekerja pabrik dilepasnya. Berbekal pengalaman menjadi asisten dosen, waktu liburan akhir pekan dibuatnya menjadi kesempatan untuk berbagi kekayaan pengetahuan. Bersama beberapa rekannya, mereka menjadi  relawan untuk mengajar anak-anak pinggiran jalan. Membuat sekolah  terbuka untuk anak-anak di pelosok Jawa Barat. Murid-muridnya kebanyakan SD dan SMP dengan pelajaran belajar membaca, seni, sains dan agama. 

Setelah kuliah rampung, ia memutuskan menjadi seorang pendidik. Kawanku ini, sekarang masih mengajar Ilmu Pasti dan mekanika Tekni di SMK.  Ujarannya bahwa penting untuk mengambil bagian dari turut serta membangun generasi baru di bangsa ini dengan nilai-nilai di dunia pendidikan. Itu beralasan, karena hampir semua kegelisahannya adalah tentang nilai-nilai, tentang masa kecil anak-anak yang sudah harus di”isi” dengan nilai-nilai dan bukan sekedar membikin anak menjadi pintar. Menurutnya, pintar saja tidak cukup, tapi harus dilandasi dengan budi pekerti. Dunia pendidikan yang dipilihnya, juga bukan soal gaji tapi  tentang kehendak mengabdi kepada bangsa. Dalam keyakinan yang kuat bahwa setiap perbuatan baik akan dilihat Tuhan. 

Aku setuju dengannya. Bahwa masa depan negeri ini adalah bagian penting yang segera diurus dengan baik, karena hanya merekalah pemiliknya, yang menjaga nasib dan adabnya nasib 200 juta rakyat Indonesia. Kawanku hanya satu dari begitu banyak generasi baru yang terus berjuang dengan nilai-nilai, yang mempertemukan wajah generasi baru diantara dua  dinding. Dinding IT dan dinding nilai-nilai. Kadang bersisian, kerap juga bergesekan, dan jutaan generasi kita hidup dalam bias gelombang dua dinding itu. Kawanku memilih untuk membimbing generasi baru dengan tidak membenturkan kecepatan sinyal dengan nilai dan budi pekerti. Menurutnya, budi pekerti mestinya menjadi dasar bagi generasi baru untuk dapat memanfaatkan akses teknologi, pun untuk tujuan kebaikan bersama dan maslahatnya umat manusia. 

Aku dan banyak orang di luar sana tetap berharap;  sebagaimana harapan bangsa ini kepadamu, harapan banyak orang yang berkehendak baik, agar di tanah air kita makin bertambah tambah generasi baru yang hidup dengan nilai-nilai di jaman milenial, yang segala sesuatu terukur oleh digital dan sinyal. Meski demikian,  toh masih ada pejuang-pejuang muda seusiamu, yang tidak kalah apalagi mundur dari peradaban. Itu karena engkau seorang perempuan, yang oleh Bung Karno disebut sebagai sumbernya peradaban. Kepada kalianlah, hai perempuan, nasibnya kehidupan ini diserahkan kepadamu. Kalianlah yang melahirkan kehidupan, merawat dan memelihara kehidupan, bahkan mempertahankannya sampai titik darah penghabisan. Kokoh dan Eloknya negeri ini, tergantung ada pada perilaku kalian sebagai tiangnya negeri. 

Kisah ini aku tutup dengan ucapan “Selamat Ulang Tahun Kawan!”, panjang usia dan selalu diberkati Allah pemilik semesta ini.

Dalam rasa syukurku bertemu denganmu, Anggi.

Atambua, 19 Februari 2018

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology