Wednesday, January 1, 2020

Kado Politik Untuk Orang Belu

Selamat Tahun Baru 2020.

Ada banyak orang mampu di Belu ini. Mampu karena berpengetahuan, punya uang, punya kekuatan politik, punya pengikut, singkat cerita punya sejumlah syarat untuk tampil menjadi peserta kompetisi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Belu tahun 2020.
Jadi, kalau masih ada cara pandang yang menyatakan bahwa, tunggu kalau sudah punya uang dulu baru boleh bertarung, mestinya Republik Indonesia bisa jadi belum merdeka. Cara berpikir seperti ini,  agaknya sedang subur berkembang hampir dua dekade ini. 

Mengenai keputusan politik, sekelas mencalonkan diri menjadi Bupati atau Wakil Bupati, ah itu hal hak asazi. Yang jadi soal, orang berani atau tidak?. Karena tidak ada satu orangpun yang boleh membatasi hak politik seseorang. Selain menghina, melanggar konstitusi pula.

Di Belu ada fakta kemajuan secara fisik, itu harus diakui dan patut beroleh apresiasi. Namun juga, kehendak sebagian warga untuk mendorong perlu ada figur lain, sebaiknya direspon sebagai kekayaan berpikir untuk memajukan kehidupan dan kualitas hidup masyarakat di kabupaten belu.
Ada beberapa soal serius yang jamak disulut dalam diskusi dan obrolan lepas; hal itu berkaitan dengan pertanyaan, mengapa angka KK miskin di kabupaten ini masih tinggi, kenapa produksi pertanian daerah ini tidak sumringah, padahal mayoritas masyarakatnya berkarakter petani dan peternak. Kenapa juga PAD kabupaten ini masih tergantung besarnya sumbangan BPJS yang dipungut melalui RSUD yang berstatus BLUD, yang jelas-jelas itu masih menyisakan sejumlah persoalan seperti belum terbayarnya honor dan insentif sebagian besar tenaga medis. 
Dampak lainnya adalah, masyarakat harus membayar untuk segera mendapat pelayanan kesehatan, sementara sebagai perbandingan di kabupaten tetangga, yang baru lepas dari kabupaten Belu sebagai kabupaten induk; sudah mampu menggratiskan warganya dari urusan membayar biaya kesehatan. Padahal juga, di Kabupaten Malaka, nominal APBD II terbilang masih jauh dibawah Kabupaten Belu. Belum lagi kebutuhan dasar seperti air minum, kemaslahatan warga Belu Baru yang tetap tidak bergeser dan seperti tidak terurus baik, dan itu sudah melampaui 20 tahun lamanya. 

Sejumlah persoalan mengenai kebutuhan orang banyak yang belum selesai itulah kemudian menginspirasi pasangan yang menggunakan Tagar VIVA MATEKE, Drs. Vinsensius Loe dan Arnaldo Da Silva Tavares. 

Siapa mereka berdua ini? 

Vinsensius Brisius Loe. Seingat saya, kami pernah bersama mengurusi masalah pengungsian di tahun 1999. Saya giat di CRS (Catholic Relief Services) sedangkan beliau memimpin YASSO. Entah bagaiamana jalannya, jejaknya terlihat terakhir di tahun 2015 saat maju bersama Bapak Alfons Manek melalui jalur independen, tapi belum berhasil terganjal syarat verifikasi KPUD Belu tahun 2015. 
Dalam perenungan sesaat, saya membayangkan; manusia jenis begini termasuk agak nekad. Setahu saya, dia sudah tidak punya apa-apa lagi. Satu-satunya Predikat yang masih dipegang adalah menjadi Ketua Yayasan Astanara; sebuah Yayasan Sekolah Katolik dibawah naungan Keuskupan Atambua. Pertanyaannya, kenapa masih mau maju dengan memilih jalur Perseorangn sebagai tiket bertarung dalam Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Belu tahun 2020?.

Siapa pula Arnaldo Da SIlva Tavares? 
Dari berbagai sumber. Rekam jejaknya mudah diketahui. Beliau pernah menjadi politisi dari partai Golkar dengan suara terbanyak dalam pemilu 2004, tapi tidak berhasil mendapat kursi karena terganjal aturan nomor urut. Dia lalu berkiprah ke partai Demokrat, lolos menjadi anggota DPRD BELU peridoe 2009-2014, bahkan pernah menjadi ketua DPRD Belu sementara, sebelum akhirnya digantikan oleh Guido Seran. Periode selanjutnya, dia mencalonkan diri sebagai calon DPRD PRovinsi, tidak berhasil. Di Pemilu Legislatif 2019 lalu, dicalonkan dari dari Partai Nasdem Daerah Pemilihan Belu 3, dia juga belum berhasil terpilh. Dalam sejumlah agenda politik Nasional dan regional NTT, Nama Arnaldo Da SIlva Tavares bukanlah hal asing. 

Demi membunuh rasa penasaran, saya memutuskan untuk bertemu dengan Vinsen B. Loe dan Arnaldo Da Silva Tavares, sekedar ingin tahu, apa itu VIVA MATEKE ? 
Begini yang keluar dari mulut mereka, "Kami berdua dasarnya tidak punya uang, tapi itu tidak bisa menahan kami untuk maju di Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati 2020. Kami percaya bahwa, masih ada banyak orang Belu yang mau mendukung kami secara sukarela, karena mereka punya kepedulian terhadap perbaikan hidup banyak orang di Belu !"

VIVA, menurut Vinsen Loe : itu singkatan Vinsensius dan Tavares. VIVA adalah simbol kemenangan. Ada keyakinan bahwa rakyat di Belu atas filosofi MATEKE, pada gilirannya akan mampu bergandengan tangan memenangkan pilihan politik mereka. 

Meski berlatar belakang Etnis Bunak, Vinsensius Loe menggunakan bahasa Tetum, "MATEKE: Satu kata kerja yang bukan sekedar "Hateke" yang artinya melihat sepintas lalu. Mateke lebih bertenaga, lebih luas dan tegas dalam ujaran dan laval. Mateke bisa diartikan sebagai sesuatu yang Melihat lebih Sungguh. setelah melihat, berbuatlah, jangan diam, apalagi tidur.
Dari VIVA yang punya nafas Filosofi MATEKE, yaitu "Masyarakat Belu yang MAMPU Mandiri dengan kekayaan Alam dan ADAB dalam semangat Empat Pilar Kebangsaaan, yang juga TERTIB dalam kata, perilaku dan kerja; dapat memberi EMPATI kepada semesta dan manusia. Itu semua dijalankan dengan KEKUATAN UTAMA masyarakat Belu demi mencapai Masyarakat Belu yang berdaulat secara EKONOMI, politik dan kebudayaan. 

Apapun itu alasan VIVA MATEKE, saya harus jujur untuk mengatakan bahwa, pilihan sikap politik mereka adalah layak untuk diapreasiasi, karena keberanian membuat perbedaan. memilih di jalur perseorangan, tentulah tidak mudah. 
Pasangan VIVA ini harus berjuang keras untuk sekali lagi tanpa uang, lantas berharap mendapat simpati dari masyarakat luas yang memang membutuhkan cara mengurus Belu dengan jalan berbeda, mereka semua yang berharap kepada pencapaian kualitas hidup yang lebih baik, bukan saja masyarakat di kota, tapi juga sampai ke pedalaman perkampungan, pula di 81 titik kamp yang menyebar di tanah Belu ini, 

Selamat berjuang VIVA MATEKE!. Semoga niat anda berdua beroleh tempat di hati dan pikiran banyak orang di Belu. dan karena panggilan hati itu, mereka mau dengan suka rela mau mencari anda, meminta serta mengisi formulir surat pernyataan dukungan dengan sukacita, kemudian membubuhkan tandatangan atau cap jempol mereka dengan doa. 

Tulisan Kado Buat Orang Belu ini, hanya mau memberi pesan  bahwa sesungguhnya anda berdua tidak sedang berjuang sendiri. Besok, dan hari-hari yang akan datang di Tanah Belu ini, langit politik Belu mesti memberi cuaca politik yang berbeda. 

Semoga di tahun baru ini, untuk perjuangan yang kalian pimpin bisa melahirkan relawan-relawan muda, menjadi milik segala kaum, dari yang makan sekolah sampai yang tidak beruntung bisa baca tulis, yang muda dan tua, laki-laki dan perempuan, dari kota sampai ke pelosok dusun, dari dataran tinggi hingga dataran rendah, semesta ini mesti mengirim mereka semua sebagai tenaga utama untuk meloloskan anda berdua mendapatkan tiket menuju pertandingan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati 2020. 

Mereka semua, akan kencangkan mereka punya kerongkongan lalu berteriak tanpa takut, VIVA! VIVA! VIVA!.. Simbol perjuangan kaum tidak bersuara. Anda berdua bersiaplah ketika alam dan semesta telah mengirim relawan-relawan itu untuk perjuangan memperbaiki nasib dan kualitas hidup banyak orang di tanah Belu nan makmur ini.

Mereka juga akan dengan gagah berani melantangkan MATEKE !!!.. MATEKE!!!.. MATEKE!!!.. lihat..lihat..lihat lebih sungguh, dan kerjakanlah tugas sejarah. Puluhan ribu manusia bisa dalam sekejab turun ke jalan jika suara mereka yang tertanam didasar hati telah berubah mejadi singa-singa jalan, mereka hadir untuk merespon harga diri mereka yang dibiarkan terlantar. Mereka yang telah menghabiskan ribuan malam dalam kesenyapan, bertarung dalam hidup dan matinya nyawa mereka. Bertahan dalam perjuangan untuk tetap hidup dalam sekarat. Mereka sedang menanti anda berdua. Jadi, majulah. berdirilah di depan semua mereka itu. Kaum tidak bersuara pasti akan segera tiba bersama VIVA MATEKE. 

Jika mereka bersama VIVA, lalu dimana kaum makan sekolah? dimanakah kaum terdidik kita? kaum yang katanya bisa punya perilaku dan cara berpikir rasional, lalu tidak berbuat apa-apa melihat kemelaratan dan penderitaan kurang lebih 30 ribu orang di 81 titik kamp? biasa sajakah kita ini? atau hati kita yang berbahan dasar daging  itu, telah kehilangan darah menjadi batu? jangan diam kawan, bergeraklah, buatlah sejarahmu sendiri. 

Cukup sudah ketertinggalan. Kemiskinan dan kebodohan yang hanya menjadi pasar politik kaum bermodal. Terima kasih untuk keberanian dan kerelaan VIVA MATEKE untuk bersedia memilih jalur perseorangan. Jika anda berani melawan ketidakadilan dan kesenjangan yang menimpa banyak rakyat di tanah Belu ini, sungguh anda tidak sendirian.

Siapapun yang merasa tulisan ini bukan kado, biasa saja. Namun bersiaplah segenap pemilik kemapanan. Anda mesti lebih mawas diri berakrobasi politik dengan menggalang kekuatan modal dan politik, karena yang sedang anda lawan adalah harga diri orang-orang yang sering disematkan dengan perkataan "Mudah dibeli".. lihat nanti, coba beli saja suara mereka, jika terjadi amuk massa di tanah Belu ini, itu mesti karena anda yang memulai mencoba-coba menawar politik meraih kekuasaan dengan jalan curang.

Kaum tidak bersuara, jenuh dengan janji. Mereka tidak percaya lagi. Ingatlah, dari mulut anda sendiri, kemudahan pernah anda tawarkan untuk menolong mereka, terus itu semua dimana? Mereka kaum tidak bersuara, bahkan tertegun saat melihat anda berlutut sambil berdoa di hadapan patung Bunda Maria sekedar untuk meyakinkan pilihan mereka. Itu semua dimana? jangan pergi ke mereka lagi jika anda masih punya martabat.  Mereka pernah terbius mengikuti anda, tapi tahun 2020 ini, ingatan mereka masih segar atas penghianatan-penghianatan itu. 

Sudah cukup 20 tahun menderita, jangan tambah lagi. dan tahun 2020 menjadi tahun awal membangun kehidupan yang lebih layak, terhormat sebagai warga Negara Indonesia. 
Tahun 2020, adalah tahun peringatan tentang 20 tahun pembiaran terhadap penderitaan dan kemelaratan yang meraja lela, bersama masyarakat Belu lain-lainnya  yang masih melarat; Tenaga Honor, Guru-guru swasta, Petani, Nelayan, Buruh, Kaum sarjana tanpa kerja,  Kontraktor tanpa saldo; pada janda miskin, para jompo yang ditinggalkan anak-anaknya. 

Saya akhirnya harus membungkus kado tahun baru ini buat anda semua, dengan sebuah lembaran informasi. Di tahun 2019, publikasi 38,6% bayi di bawah lima tahun (balita) di kabupaten Belu menderita stunting yakni gangguan pertumbuhan akibat kurangnya asupan gizi. Kurang Gizi, separah itukah Belu ini?, penyakit menahun yang mestinya tidak perlu diulang-ulang dibahas cara penanggulangannya. 

Sekali lagi, jika ini memang bukan kado buat anda, buanglah ke semak sejarah kehidupanmu.  Mudah-mudahan diantara anak-anak dan generasi keluargamu tidak sedang terpapar STUNTING, atau mengalami hal kurang beruntung secara ekonomi.  

VIVA MATEKE telah berani memilih sebuah jalan politik di jalur perseorangan dengan dukungan surat pernyataan dukungan secara sukarela dari warga Belu. VIVA MATEKE telah merelakan hidup mereka untuk sebuah kepentingan perjuangan menebus penderitaan banyak orang itu. Jadi, saya pikir ini semacam kado buat anda semua. Menolak itu hak anda semua .Terkesan, bersimpati dan mendukung secara nyata, silahkan.

Yang saya yakini adalah, Keberanian VIVA MATEKE itu laksana Matahari yang terus menyinari Bumi dalam kesabarannya, dan Perjuangan adalah perwujutan kata-kata. 
VIVA MATEKE !

Atambua,1 Januari 2020

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology