Sunday, July 8, 2012

Reformasi Birokrasi Hanya Mimpi !

...Dan, Kirimkan Malaikat Untuk Pimpin Belu...

Satu judul dengan satu sub judul yang datang dari kepala dua orang. Judul Yang pertama itu orisinil keluar dari mulut sobat Remy, sedangkan satunya; sub judul itu buah pikiran dari rekan Charles; yang terungkap dalam diskusi sessi terakhir Sekolah Demokrasi Belu pada hari ke-tiga di Penghujung April 2010 yang memang mengambil topik utama tentang Reformasi Birokrasi.

Dua pendapat di atas, saya pilih jadi kepala tulisan lantaran diskusi kami terarah untuk mengolah situasi birokrasi di Kabupaten Belu. Ada nada cemas plus kecewa, tapi juga ada tertantang membangun harapan. Pasalnya, paparan narasumber tentang reformasi birokrasi, yang idealnya mengacu pada pemikian Howard. Sayangnya, tidak begitu karena mengalami pergeseran dan menimbulkan kritik tajam; ada kesenjangan antara konsep dan fakta lapangan. Ternyata, penyimpangan dalam tubuh birokrasi yang terlibat didalam mengeksekusi kebijakan, terjadi sebagai akibat melembaganya kekuasaan politik yang dilakoni birokrasi yang semestinya hanya berperan sebagai pembantu administrator Eksekutif.

Untuk menyelami persoalan diatas, ada baiknya pembahasan lebih lanjut mengikuti alur berpikir David Easthon (1953) dan Gabriel Almod (1966). Keduanya mengemukakan teori tentang Sistem Pemerintahan dalam esensi yang sama cuma beda ilustrasinya.

Easthon menggambarkan sistem politik pemerintahan dalam tiga bagan utama yaitu : INPUTKONVERSIOUTPUT. Hal input berkaitan dengan : tuntutan, dukungan dan apatisme. Konversi adalah proses mengelola input menjadi output. Output merupakan hasil proses sistem yang bertugas mengkonversiINPUT menjadi OUTPUT antara lain : kebijakan dan aplikasi kebijakan. Hasil ini kemudian dikembalikan kepada publik untuk mendapatkan feedback atau tanggapan masyarakat terhadap sebuah kebijakan. Gambaran sistem yang tidak sederhana ini lebih mengarah pada hubungan suprasturkur dan infrastuktur pemerintahan. Hal mana, penyelenggara negara menempati posisi sebagai suprastruktur, sedangkan masyarakat berada sebaliknya pada posisi infrastruktur.

Gabriel Amond menggambarkan sistem pemerintahan dalam lingkaran mata rantai ekosistem yang saling bergantung satu sama lain. Nyaris serupa dengan Easthon, Almond lebih merincikan kedudukan pihak yang terlibat dalam sistem itu. Masyarakat menempati mata rantai pertama, karena identik dengan artikulasi kepentingan/kebutuhan, selanjutnya Mata rantai kedua ditempati oleh partai politik yang bertugas untuk menerima agregasi kepentingan, kemudian mengkomunikasikan hal kebutuhan ini kepada mata rantai ketiga yaitu Legislatif. Mata rantai keempat adalah Eksekutif. Legislatif dan Eksekutif merupakan dua lembaga yang bertugas untuk membuat kebijakan. Eksekutif memerlukan sejumlah perangkat yang berperan sebagai administrator atau yang disebut birokrasi. Kebijakan yang dihasilkan berupa output akan mendapat respon masyarakat berupa pelayanan kepada masyarakat.
Mata rantai ini adalah sebuah sistem pemerintahan yang menempatkan instrumen politik didalamnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pengambilan keputusan. Pada prinsipnya, proses pengambilan sebuah keputusan berupa kebijakan merupakan sebuah proses politik.

Dus, ada apa dengan birokrasi kita? ; dan mengapa perlu di reformasi?
Reformasi birokrasi merunut pikiran Howard, ada dua solusi utama yang coba ditawarkan yakni : good governance dan reinventing goverment. Pemerinthan yang baik serta peningkatan peran dan kualitas Birokrasi melalui sejeumlah aktivtas wirausaha. Hal wirausaha ditawarkan sebagai sebuah model, ketika kritik publik terhadap efisiensi penggunaan anggaran untuk kebutuhan pelayanan publik tidak berjalan secara maksimal. Hal itu terjadi manakala praktek korupsi, kolusi dan nepotisme telah mencederai hakikat birokrasi sebagai pembantu administrator Eksekutif.

Di sisi lain, peran birokrasi sebagai pelayan kebutuhan masyarakat berubah semangatnya menjadi tuan yang mesti dilayani oleh publik. Indikasinya dapat dilihat dari tingginya pembiayaan untuk kalangan birokrasi daripada pembiayaan kepada kegiatan dan kepentingan publik. Lebih menyakitkan lagi, seluruh pembiyaan terhadap penyelenggaraan sebuah mesin birokrasi dan sistem pemerintahan secara keseluruhan ditangung oleh rakyat yang berjumlah 95 persen lebih banyak dari pada jumlah perangkat kerja birokrasi itu sendiri.

Birokrasi Kita

Merupakan kumpulan orang-orang hebat; dari serius mengurusi dan melayani kebutuhan publik, mengalami tekanan tekanan batin karena ikut perintah atasan, sampai yang cuek bebek kalau tidak pas posisi, atau kehilangan jabatan. Sistem dalam birokrasi ternyata mampu membentuk pribadi-pribadi yang terlibat didalamnya untuk berperan .

Mawar, dalam ulasanannya di Mawar Alanisa's; menyebutkan bahwa “Rasanya setiap orang tahu bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) identik dengan birokrasi yang berbelit-belit, lamban dalam menyelesaikan pekerjaan, menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi, sigap mencari amplop dan sabetan, datang ke kantor paling akhir tapi pulang paling awal, dan sering keluyuran saat jam kerja.

Di tengah lapangan pekerjaan yang begitu terbatas, fasilitas yang ditawarkan kepada PNS sepintas bisa dibilang sangat menggiurkan. Tak perlu kerja ngoyo tapi gaji dan tunjangan lumayan, jam kerja pendek dan susah diberhentikan. Makanya tak heran bila setiap kali dibuka penerimaan PNS, peminatnya selalu membludak. Tak jarang yang sampai rela memberikan sogokan. This is (probably) the best job ever.

Bagaimana Reformasi Birokrasi di Belu

Kembalilah ke jalan yang benar!. Itu bukan sekedar perkataan nasehat, tetapi lebih dari itu, amanat penderitaan rakyat. Karena Demokrasi kita adalah buah dari kandungan nilai-nilai ketimuran yang mempunyai peran besar dalam membangun peradaban di Belu.

Kehidupan berbangsa dan bernegara yang dimulai awal abad 19 lalu, dialami juga oleh Kabupaten Belu. Harapan dan cita-cita untuk menyelesaikan berbagai persoalan karena kemerosotan akibat dijajah bangsa asing merupakan perhatian dan prioritas dari para pendiri-pendiri Kabupaten ini. Berpuluh tahun sudah, Belu di masa sekarang masih menyisakan ragam soal yang tidak mudah untuk dijawab dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun saja.

Instrumen negara sebagai penyelenggara negara atau pemerintahan makin kompleks seiring kompleksnya persoalan masyarakat berikut cara serta hambatan dalam menyelesaikannya. Kita punya Legislatif, eksekutif, dan Birokrasi yang siap mengerjakan semua itu dengan bantuan dukungan dan partisipasi rakyat Belu.
Sebagai contoh, wujud dukungan rakyat Belu jelas terlihat dari komposisi Anggota DPRD Daerah Belu; dari alokasi 35 Kursi yang ada; PD punya 5 Kursi, Golkar dan Hanura masing-masing punya 4 kursi, sedangkan PDIP, PAN, Gerindra, PDK; punya masing-masing 3 kursi. Selebihnya; 2 dan 1 kursi dikantongi Partai Pelopor, Barnas, Pakar Pangan, Partai Buruh, PKPB dll. Belum terhitung partai Non Seat, hampir setiap partai yang ikut pemilu 2009 lalu, punya ribuan pemilih. Itu bisa jadi indikasi bahwa rakyat Belu memang cukup kreatif dalam menentukan pilihan politiknya. Bahwa di kemudian hari, ada kecaman dari rakyat sendiri berkaitan dengan kualitas anggota DPRD, itu soal lain. Setidaknya, hasil ini diharapkan mampu mendorong perubahan di Belu.

Lantas, dalam situasi yang demikian, adakah yang keliru dari cara masyarakat kita menentukan pilihan politiknya?, ketika agregat kepentingan masyarakat sebagai instrumen pertama yang mestinya terlayani. Apa boleh buat, hingga kini, sejumlah kebutuhan dasar seperti air bersih, infrastruktur yang dikerjakan asal jadi, praktek prostitusi dan judi tanpa kontrol, penderita AIDS kian bertambah. Semua memang butuh pembenahan dalam perjalanan waktu.

Dengan modal dukungan birokrasi saat ini, tentunya harapan akan perbaikan mutu pelayanan menjadi prima bukanlah angan-angan kosong. Karena di tubuh birokrasi masih ada banyak pribadi, yang cerdas intelektual dan cerdas emosionalnya untuk membangun Belu. Maka, reformasi birokrasi bukanlah sebuah impian hampa. Dan, kita sebaiknya tidak perlu mendatangkan malaikat untuk memimpin perubahan di Belu. Kita cukup butuh Pemimpin dengan Hati dan pikiran mirip malaikat, tapi bertindak gesit nyaris kesetanan untuk memimpin rakyat Belu, berjuang keras dan tanpa henti menggapai perubahan. Barangkali begitu. 
Blok Motabuik, 2010-2012.

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology