Di hidup ini, kekecewaan seringkali hadir ketika kita terlalu berharap
pada manusia yang kepadanya kita menggantungkan cita-cita, cinta dan selaksa harapan.
Itu lumrah, karena jika tanpa tiga prasyarat itu, hubungan yang terbangun diantara
seseorang dengan seseorang yang lain, atau seseorang dengan kumpulan manusia
yang lain akan jadi mubasir.
Kecuali saja, orang memilih untuk mempertahankan keyakinannya bahwa
hidup yang memang hanya sekali ini, masih menyisakan ruang-ruang untuk diisi
dengan kehendak kuat untuk bisa mengatasi berbagai-bagai soal dalam hidup.
Ada nasihat lama yang bunyinya begini; jika anda berpikir bisa, maka
anda bisa.. tetapi jika anda berpikir tidak
bisa, maka anda tidak bisa. Lanjutannya adalah; ketika satu pintu kebahagiaan
tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi seringkali kita terpaku
terlalu lama pada pintu yang tertutup
sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita…
Semua orang mengalami masa-masa seperti itu. Boleh jadi, saat ini anda
atau saya ada persis seperti nasihat itu, maka saran saya dengan segala
kerendahan hati; tunggu apa lagi? Melangkahlah segera kepada pintu yang terbuka itu.. karena siapa
tahu pintu yang sedang dibukakan itu adalah memang sebuah pintu kebahagiaan.
Itu soal pilihan sikap yang mesti dihormati, dan dibutuhkan keberanian
untuk mengambil sikap yang tegas dari pada terus berlama-lama dengan masa lalu
yang juga tidak tentu nasibnya (jika tidak mau dibilang tidak siap) menghadapi masa
depan, karena mau sampai kapan? Toh cepat atau lambat semua orang mesti ada di
hari esok dan segera beranjak meninggalkan hari ini yang ternyata sama ukuran
waktunya, 24 jam.
Tunggu apa lagi, raihlah segera masa depanmu dan pasti itu lebih baik
dari hari ini dan hari-hari kemarin.
Blok Motabuik, 7 November 2013