Tuesday, December 17, 2013

Meluangkan Waktu

Pagi tadi, saya baru saja melihat hasil cetakan stiker dan kartu untuk sosialisasi caleg. Lumayan hasilnya, dan itu hasil kerja dari kakak perempuan tertuaku. Lalu, saya langsung menelponnya,  kami bicara sebentar, ucapan terima kasih dan beberapa komentar lainnya.

Saya membayangkan wajahnya, ingat dengan semua yang sudah pernah Ia lakukan kepada kami semua adik-adiknya sampai hari ini. Dia melakukan semua yang bisa dia lakukan, persis seperti orang tua kami kerjakan. Diam-diam aku bersyukur, Tuhan memberinya kepada kami, keluarga sederhana ini.

Cerita 2 alinea diatas, memang sengaja saya paparkan untuk menerangkan pikiran saya pagi ini terhadap makna dari sebuah momen waktu bernama meluangkan waktu.

Di hidup ini setiap manusia mesti memiliki waktu luang, bagi dirinya sendiri atau dengan orang lain. Kalau mau dihitung, kira-kira sudah berapa banyak waktu luang yang bisa kita gunakan untuk melakukan sesuatu. Atas nama pekerjaan, kesibukan dan rutinitas. Alhasil, sering kali kita justeru tidak punya waktu luang. Maka orang mulai berusaha untuk meluangkan waktunya demi melakukan sesuatu di luar rutinitasnya yang tersita untuk alasan-alasan tadi.

Kakak perempuanku itu, sebetulnya terlalu sibuk untuk mengurusi hal-hal seperti ini. Membayangkan aktivitasnya setiap hari; pegiat sosial, bantuan hukum, penelitian, diskusi pergerakan kaum perempuan, perlindungan anak, seminar, ditambah urusan mengajar dan bimbingan mahasiswa, sepertinya sudah cukup membuatnya terlihat sibuk dengan rutinitas macam begitu. Belum lagi ditambah dengan waktu  buat suami, anak-anaknya dan buat keluarga lainnya. Dan, dia masih menyempatkan diri, meluangkan waktu melakukan sesuatu yang sebetulnya jauh dari urusan sehari-hari.  

Stiker dan kartu caleg. Barangkali terlihat sepele, tapi itu hasil kerjanya. Bagiku berarti,  karena selalu ada pesan tentang nilai, bahwa betapa kami selalu saling menjaga, mengasihi satu sama lain hingga akhir hayat. Dia melakukannya hanya dengan meluangkan waktu.  Diantara banyak hal, dia selalu saja menyentuh kami dengan cara yang berbeda sambil tetap tersenyum.

Betapa berharganya, melakukan sesuatu dengan “meluangkan waktu”, dan aku selalu memaknai dalam nilai yang luar biasa kuatnya. Barangkali diantara pembaca, hal-hal seperti ini adalah lazim bahkan terkesan biasa, lumrah dan manusiawi. Faktanya,  ini bukan soal materi. Mudah saja. Ada uang, pergi saja ke percetakan, tinggal terima hasil, habis perkara.
Kisah kita bukan itu. Ini urusan kakak-adik, urusan bagaimana memperkuat tali rasa dengan cara-cara yang sederhana namun dasyat. Barangkali dia terbiasa melakukan sesuatu dengan tangannya sendiri. Dan hal itu yang sampai hari ini  tidak bisa tergantikan dengan apapun. Nilai terlampau dalam.

Semoga anda juga mengalaminya, mendapat sentuhan dari orang-orang yang anda kasihi, siapapun dia. Atas nama kasih sayang, berani meluangkan waktu diantara belenggu rutinitas, hanya demi membuat anda bisa tersenyum dan menyimpan kebahagiaan di hati.

Ma Nona, terima kasih banyak, sukses selalu dan Tuhan sertamu.


Eng di Motabuik, 17 Desember 2013

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology