Wednesday, April 28, 2010

Meo kok!

Meo... Sebutannya datar saja, tidak perlu pakai tekanan. Diucapkan dalam beragam dialek pun; kedengarannya tetap datar. Di daerahku, kata ini mudah dimengerti karena sebutan “Meo” melekat bagi bagi orang-orang hebat yang kaya Kebatinan dan ilmu kanuragannya. Meo adalah orang-orang yang bertugas untuk membela tanah airnya dari ancaman dan serangan musuh. Dalam beberapa kisah Liurai, terungkap para Meo- lah yang pergi berperang di medan laga. Ketika pulang, mereka yang menang disambut dan dirayakan dengan tarian Likurai, tarian khas orang Timor, Timur sampai Barat. Alkisah, orang bisa berpesta sampai 7 hari 7 malam lamanya. Sepintas dapat dilihat, orang dulu saja tahu bagaimana cara untuk mengekspersikan rasa bangga dan senangnya dengan sebuah keberhasilan, meski berlatar belakang perang.
Tapi esensinya adalah, ada sesuatu yang pantas dibela dengan nyawa mereka…yaitu kepentingan rakyatnya. Meo hanyalah sebuah sebutan melegenda, karena dijaman serba “Flash” sewperti sekarang ini; sudah sulit mencari Meo-meo yang lahir dari generasi 4-8 abad kemudian. Semua seakan hanya tinggal cerita. Era reformasi menyisakan banyak tantangan yang belum selesai. Harapan banyak orang untuk mendapatkan kehidupan yang layak di lahan private dan publik acapkali terbentur urusan kinerja birokrasi yang belum memadai. Hasil penelitian sebuah Institusi menyebutkan ; NTT termasuk daerah dengan ranking ke 4 untuk urusan korupsi di Indonesia. Selidik punya selidik, Korupsi itu berkaitan dengan beberapa hal penting, yang pertama uang negara, kedua pejabat negara dan ketiga ada unsur merugikan negara. Singkatnya, korupsi adalah tindakan yang dilakukan pejabat penyelenggara negara yang pakai uang negara tapi hasilnya merugikan negara. Mungkin penjelasan ini lebih halus dari pengertian pejabat negara makan uang negara. Untung saja para Meo tidak ketemu langsung para koruptor, kalau tidak rakyat di belahan tanah Timor bisa menyambut mereka dengan tarian Likurai karena Koruptor berhasil di pancung kepalanya dan dibawa sebagai hadiah kepada rakyat. Terang saja kepentingannya beda, Meo tugasnya membela kepentingan rakyat, sedangkan koruptor berurusan dengan hal mencuri uang rakyat. Kita tidak perlu itu lagi, karena jaman sudah berubah. Kalau di di Belu, sudah ada bangunan bagus di Km. 3 jurusan Kupang, tempat terhormat untuk perilaku tidak terhormat para koruptor. Tapi Meo-Meo baru dalam semangat masih kita nanti-nantikan… Di semua segmen kehidupan, kerja para pembela kepentingan rakyat senantiasa ditunggu. Mulai d ari Aparat Pemerintah, Penegak Hukum, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Lokal, kaum Perempuan, Pemudi dan Pemuda, semua orang. Semuanya bisa mengambil teladan para Meo , untuk dan atas nama kepentingan rakyat berperang melawan sebuah perilaku yang bernama Korupsi. Dan itu bisa dimulai dari lingkungan kerja kita sendiri. Kalau saja, semua memiliki kesadaran seperti ini. Uang rakyat pasti selamat. Dan kalau uang rakyat selamat untuk pembangunan di daerah kita. Bukan tidak mungkin, Tarian Likurai bisa dipentaskan lebih dari 7 hari 7 malam. Dan kalau ada yang bertanya… kenapa ada pesta begitu? Kita mudah menjawab, Meo Kok! (dilawan…)he..he.. he.. Eng di Depan Katedral Atambua, 28 April 2010

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology