Friday, June 26, 2009

OPA KIN dan Very.

Orang tua itu bernama opa Kin. Semua orang mengenalnya. Bahkan hampir diseluruh pelosok kota kami. Yang kami tahu, opa Kin itu orang baik. Opa Kin suka Menolong. Opa Kin juga orang yang rendah hati. Opa Kin orang yang murah senyum. Aku berteman baik dengan Opa Kin.

Anak-anak seusiaku di kampung kami pasti mengenalnya. Rumahnya persis di simpang tiga. Dekat dengan sekolah kami. SD Budi Luhur. Setiap pulang sekolah, kami selalu bertemu dengan Opa Kin. Biasanya, Opa Kin akan melambaikan tangannya. Biasanya, Opa Kin akan bertanya dengan setengah berteriak. "Pelajaran apa hari ini, Boy ??.... Opa Kin akan bersemangat sekali. Wajahnya, selalu tersenyum, setiap kali bertanya. " Kemudian, kami akan segera menghampiri Opa Kin. "Ada pelajaran PPKN." Opa !, sahut kami beramai-ramai. "Nanti sore main kesini ya... !" pinta Opa Kin. Opa Mau cerita tentang sekolah kalian. Mendengar itu, kami semua langsung mengangguk kepala. Tanda setuju.

Jam lima kurang tujuh menit. Kami sudah berkumpul di beranda rumah Opa Kin. Opa Kin hanya memakai sarung. Ada sebuah kopiah tua dikepalanya. Ada bintangnya juga. Kelihatannya gagah sekali. Belum lama kemudian. Ebbi yang datang lebih dulu sudah bertanya. " Opa. Itu kopiah model apa sih ??, tanyanya penasaran. Kok, Opa Pakai Kopiah segala ?... Opa Kin hanya tersenyum kecil. Opa Kin tidak langsung menjawab. Opa Kin lebih dulu memandang kami semua. Seperti sedang menghitung jumlah kami. " Very mana ya, mengapa tidak datang ?, apakah Very sakit ?, sudah dua minggu ini, Opa tidak lihat Very lewat dirumah Opa ?", tanya Opa penuh selidik.


Kami semua, hanya tertunduk. Diam. Saling melihat. Kami ragu-ragu, tidak ada yang bisa menjawab. Kami semua tahu. Very, terpaksa pindah ke sekolah kota lain. Karena Very malu. Ayah Very masuk penjara. Sebulan yang lalu, karena korupsi.

Waktu aku tanya papa, apa itu korupsi ?. Papa menjelaskan bahwa, korupsi itu adalah perbuatan mencuri uang rakyat. Perbuatan yang tidak terhormat. Tetapi di sekolah ada banyak teman-teman yang mengolok-olok Very. Kata mereka, "Very anak koruptor, very anak perampok....". baju Very hasil curian...". Very menangis. Very malu, dan pada suatu hari mamanya datang. Minta surat pindah. Very akhirnya pindah sekolah.

Sebenarnya, Very sahabatku. Kami selalu bermain bersama. Hampir setiap minggu, kami datang ke rumah opa Kin. Untuk mendengar cerita dan dongeng Opa Kin. Kami selalu bermain sepak bola bersama. Mandi di Kali bersama. Main layang - layang, bermain kelereng, belajar dan mengerjakan PR. Very anak yang pintar di sekolah. Dia juga suka melucu. Dikelas V. Kelasku, kami memberi julukan kepada Very " Anak Langka". karena masih anak-anak, tapi sudah bisa seperti pelawak betulan. Masih banyak lagi.

Tiba-tiba, Opa Kin bertanya lagi. Mengapa pada diam ??." Memang, Opa Kin tidak tahu tentang Very. Karena waktu itu. Opa Kin pergi ke Jakarta. Katanya Opa Kin menerima Bintang Jasa. Entah, apa nama bintang jasanya.

Akhirnya, kami menceritakan semua kejadian tentang Very. Mendengar semuanya, Opa Kin hanya Tertunduk. Nampaknya Opa Kin sedih. "Anak-anak !!!" rasanya kurang lengkap tanpa Very ya". Kata Opa kin. "kalau ada Very, pasti kita semua bisa tertawa iya kan ??." sambung Opa Kin lagi. "Tapi sudahlah", karena kalian semua sudah datang. Kali ini, Opa mau cerita tentang sekolah kalian !". Apakah, orang tua kalian pernah menceritakannya sebelumnya ??". Namun, tak ada satupun diantara kami yang menjawab.

"Gedung sekolah kalian itu, dulunya adalah sebuah markas tentara Belanda. Ada satu kompi. Satu kompi itu, tentaranya berjumlah 100 orang. Mereka semua dilengkapi dengan gudang senjata. Pada tahun 1954, sebenarnya sudah ada penyerahan dari pihak belanda kepada Indonesia. Tetapi pada waktu itu, pihak Belanda tidak mau menyerahkan semua milik bangsa Indonesia. Termasuk sekolah kalian". Maka dari itu, Opa bersama beberapa teman-teman mulai menyusun rencana. Kami merencanakan untuk merebut markas itu. Pada tanggal, 2 Mei 1955, sekitar jam 9 malam. Kami menyerbu markas itu. Pertempuran berlangsung hampir dua jam. Tentara Belanda yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Van Boer, akhirnya menyerah ditangan kami.

Waktu itu, Opa masih menjadi komandan pasukan. Nama pasukan Opa, Brigade 47, artinya jumlah tentara kita hanya 47 orang. Tetapi banyak rakyat yang datang membantu, sehingga kita bisa menang !". Opa Kin terdiam sejenak. Kami mendengar dengan serius cerita Opa Kin itu.

"Dulu, Opa Kin tidak pernah melihat senyum anak-anak seusia kalian, Boy !". Katanya suatu hari. Waktu Linda, Iin, Teffin, Aku, Ebi suatu Sore. Tanggal 2 Mei lalu. "Anak-anak di jaman perang, tidak bisa sekolah", "Mereka hanya bisa belajar dari orang tua yang pernah sekolah, Yah... Sekedarnya asal bisa membaca saja". "Bisa menghitung saja". "Itu sudah cukup". "Kakek tidak seberuntung kalian". "Bisa mendapat banyak pelajaran". "Seperti sekarang ini !". "Makanya, kalian harus rajin belajar". "Jangan mau ketinggalan dengan anak-anak bangsa lain". "Kita harus punya rasa bangga sebagai anak Indonesia".

"Opa Kin turut mendirikan sekolah. Opa yang memberi nama Budi Luhur untuk sekolah kalian. Supaya, orang akan selalu ingat dengan budi pekerti. Pelajaran tentang menjadi anak yang baik, setia kawan. Mencintai sesama manusia. Mencintai bangsa dan negara Indonesia. Patuh pada perintah Tuhan, orang tua dan guru di sekolah !". "Sekolah itu sudah tua. Gedungnya pun sudah Tua. Maklumlah, bekas gudang senjata. "Waktu itu, belum ada guru di sekolah. Kami masih memakai istilah Sekolah Rakyat. Opa Kin juga dulu mengajar Budi Pekerti , berhitung dan membaca. Murid pertama di sekolah ini hanya lime belas orang saja. Salah satunya yang sekarang telah menjadi kepala sekolah kalian !". kata Opa Kin lagi.

"Coba lihat !, Bintang jasa yang ada di kopiah Opa ini, !, kata Opa Kin lagi. Ini adalah Bintang Jasa pemberian pemerintah Indonesia untuk kakek. Sebagai penghargaan dan kenang-kenanag waktu berjuang dulu. Opa Tidak tidak meminta. Bintang jasa Opa ini, diberikan oleh negara. Opa bangga sekali. Bisa berbuat sesuatu untuk bangsa Indonesia. Sama sepetti yang dilakukan oleh pejuang lain. Kalian harus belajar dari teladan ini. Kami mendengar dengan tenangnya cerita Opa Kin itu.

"Opa Kin akan berdiri di sini terus. Supaya setiap hari Opa bisa melihat kalian bermain. Melihat Kalian belajar untuk menjadi anak Indonesia yang berbudi pekerti". Ujar Opa Kin bersemangat.

Sayang, Very sudah pindah. Mudah-mudahan Very juga bisa membaca cerita ini. Supaya dia bisa mengingat pesan Opa Kin, seperti anak-anak Indonesia lainnya. Itu bukan kesalahan Very. Itu kekeliruan orang tua Very. Jadi, Very tidak boleh diolok-olok. Karena Very juga temanmu. Teman yang baik. Sore itu, kami semua pulang, dengan wajah bangga, juga sedih. Kami bangga jadi anak Indonesia. Tapi juga sedih karena kehilangan Very. (EA)

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology