Menjadi pilihan sikap yang diambil oleh seseorang
terhadap sesuatu hal dan fakta di hidup. Bagiku, sesuatu ini perlu mendapat
sedikit ulasan karena urusan “Mundur” apa boleh buat, masih termasuk barang
langka di negeri ini dan telah menimbulkan keterkejutan bagi sebagian orang.
Perhatikan apa yang dilakukan Aji Santoso. Ia memutuskan
mundur dari jabatan pelatih, setelah FC Arema dipastikan tidak mampu menembus lima
besar putaran pertama di Liga I Sepakbola Tanah Air tahun 2017. Esok hari, seorang
menyusul lagi yakni Jafri Sastra yang menukangi Mitra Kukar, melepas jabatan
pelatih. Alasan keduanya sama, tidak berhasil membawa Tim-nya masing-masing ke
puncak klasemen Liga 1.
Belum seminggu berselang, pencinta acara talkshow “Mata Najwa” dan dunia pers tanah air dibikin patah hati dengan mundurnya Najwa
Shihab dari acara kesayangan jutaan pemisra. Ia sekaligus undur diri, pamit
dari Metro TV.
Ingatanku lekas melesat pulang ke Desember 2015; Sigit Priadi
Pramudito mengundurkan diri dari jabatan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak
Kementerian Keuangan. Beliau mundur karena merasa tidak bisa mengejar target
pajak tahun itu sebesar Rp 1.294 triliun, bahkan tidak mencapai target minimal
85%. Sebagian pengamat menilai tindakan macam begini patut diapresiasi, meski
diungkap pula bahwa urusan target
pajak tidak pernah mencapai target setelah 2008. Hal itu bukan
karena Ditjen Pajak tidak bekerja, melainkan karena target yang ditetapkan itu
di luar jangkauan karena terlalu tinggi.
Para pemberani ini, telah mematok harga tinggi atas
nama upaya pencapaian cita-cita dan idealisme; itu pula yang mendorong untuk bekerja
dan terus mengabdi bagi kebaikan banyak orang. Pengajaran dari teladan ini menampakkan
kelugasan menyatakan bahwa keterbatasan sebagai manusia adalah manusiawi, namun
memiliki impian besar atas segala hasil kerja susah payah itu adalah pantas
adanya.
Sikap mundur itu pelajaran mahal, sama mahalnya dengan
dedikasi dan prestasi kerja yang ditunjukkan. Pilihan sikap macam begini adalah
sebuah sikap yang jujur dan terhormat, sejatinya punya integritas dengan rekam
jejak moralitas yang teruji.
Semoga pelajaran yang diberikan, tertanam dalam
ingatan pulbik tanah air, karena aku meyakini bahwa tindakan mereka itu akan
selalu terekam dalam nafasnya sejarah di bangsa ini.
Ngagel Dadi, 11 Agustus 2017