Tuesday, February 8, 2011

Tidak Urus !

Telinga manusia di Belu terbiasa dengan bunyi sirene. Kalau dulu, sirene akrab dengan image “Ambulance”, tapi satu dedade terakhir, sirene tidak lagi sama dengan Ambulance. Begitu dengar sirene mengaung di jalan, orang langsung tahu.. itu ada rombongan pejabat, Bupati dan sebangsanya!. Yah.. kadang-kadang, ada juga rombongan Menteri, Gubernur melintas, sama hebohnya dengan sirene rombongan Bupati.

Atambua dalam dua minggu ini terakhir ini memang terlihat sibuk. Maklumlah orang nomor satu di Republik Indonesia akan tiba di daerah perbatasan ini sekitar hari-hari ini. Sekedar membayangkan, kira-kira lewat mana ya kalau beliau datang. Lewat udara kah, jalan daratkah? Saya benar-benar tidak tahu. Terserah anda kalau mau dibilang ketinggalan info. Tidak urus!. Mungkin kalimat pendek itu lebih pas untuk mengungkapkan kekisruhan di benak saya, jika ingat tentang Kabupaten ini dan makna kunjungan Presiden SBY. Yang pasti, bunyi sirene akan lebih hebat lagi.


Tadi saya diberitahu, ada pengumuman di jalan-jalan, mulai besok tanggal 9 Februari sekitar jam pukul 14.00 Wita, seluruh aktivitas di jalan dihentikan. Hmm, merenung sebentar dalam rangka apakah itu? Demi menyambut Presiden kita ataukah untuk alasan keamanan?. Sepertinya dua hal itu beralasan. Tersiar kabar, Beliau akan melintasi jalan darat, 297 km Kupang – Atambua, wow.. bukan main Presiden kita. Perfect, sekalian bisa lihat lebih dekat kehidupan rakyat yang berserakan di sepanjang jalan itu. Itupun bisa terjadi kalau mobil yang ditumpangi Presiden SBY tidak dalam kecepatan penuh… seperti biasanya kalau pejabat kita pulang kunjungan, kecepatan mobilnya di atas rata-rata.

Tapi itu, berita di Metronews tentang jelang kedatangan Presiden, Bandara Atambua dipenuhi hewan; jelas bikin kaget. Warga yang tinggal disekitar bandara seperti “tidak urus” dengan hal kunjungan Presiden. Mudah-mudahan tidak karena mereka jengkel, lantaran hidup mereka selama ini tidak diurus oleh para pihak yang berkompeten. Atau, fakta macam itu merupakan model perlawanan diam-diam dari “kaum tidak urus” yang selama ini merasa sebagai warga negara, pelengkap penderita.

Mudah-mudahan saya keliru, karena makna kunjungan Presiden RI kali ini sungguh berarti bagi daerah Belu. Sejumlah agenda penting akan didiskusikan seperti, Percepatan pembangunan di wilayah perbatasan, Pemekaran Kabupaten Malaka, ujung-ujungnya soal taraf hidup Warga Indonesia di Belu.

Yah.., kalau ada warga yang sempat bicara dengan Presiden SBY, mungkin mereka bisa ungkap tentang Kabupaten Belu masih nomor urut 1 di NTT untuk penderita HIV/AIDS, urusan tambang mangan yang haru biru, Penuntasan Kasus Korupsi yang tertunda, pelacuran terbuka, infrastruktur yang belum memadai. Dan banyak lagi keluh kesah di daerah pinggir Republik ini.

Presiden juga bisa diberitahu bahwa angka trafiking dan migrasi warga Belu untuk mencari nafkah di Malasya, Batam dan daerah lain terbilang tidak sedikit. Dan migrasi bakal terjadi lagi jika Negara Tetangga kita, Timor Leste cepat berbenah. Bukan tidak mungkin, satu sampai lima tahun mendatang, warga Belu lebih banyak migrasi ke TL daripada tinggal di Belu. Apa boleh buat, jika kunjungan Presiden SBY kali ini lebih bermakna keluhan… (dan itu barang biasa). Soal kita adalah urus atau tidak urus. Tentu saja ada mekanismenya.

Betapapun, kita semua bisa berbangga kedatangan Presiden RI, tapi itulah… berharap bahwa nasib 400 ribu orang Belu segera beranjak pasca kedatangan beliau adalah hal yang mustahal. Butuh waktu untuk dikelola satu persatu. Semoga bisa diurus, sebab jika tidak, pada gilirannya rakyat akan kompak menyebut kalimat ini, Tidak Urus !.

Blok Motabuik, 8 Februari 2011

PrivateSchollExam

How To Recondition Old Batteries And Save $$$"

Quicky & Easily to Learn Anatomy and Physiology